KEMUALIAN WANITA DALAM SYARIAT ISLAM
- Bina Wisata
- 30 Apr 2018
- 11 menit membaca
Diperbarui: 2 Mei 2018
Oleh : Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr
Dalam naungan ajaran Islam, kaum wanita hidup dengan penuh kemuliaan. Wanita terus mendapatkan pernghargaan dan dihargai serta dimuliakan semenjak pertama kali dia terlahir ke bumi. Mereka dimuliakan dalam semua fase kehidupan yang mereka lalui, baik ketika ia sebagai seorang anak, ibu, istri, saudari, atau bibi. Kaum wanita pada semua fase kehidupannya selalu dimuliakan dan diberikan hak-hak khusus oleh Islam.
1. Wanita Sebagai Anak
Saat seorang wanita sebagai seorang anak, Islam menyerukan agar berbuat baik padanya, memperhatikan pendidikan dan pengasuhannya, agar dia menjadi wanita shalihah yang menjaga kehormatannya. Islam juga mencela perbuatan kaum jahiliyah yang telah mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup dan perbuatan orang-orang yang membenci kehadiran mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŲØŁŲ“ŁŁŲ±Ł Ų£ŁŲŁŲÆŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ§ŁŁŲ£ŁŁŁŲ«ŁŁŁ° ŲøŁŁŁŁ ŁŁŲ¬ŁŁŁŁŁ Ł ŁŲ³ŁŁŁŲÆŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲøŁŁŁ Ł ļ“æŁ„ŁØļ“¾ ŁŁŲŖŁŁŁŲ§Ų±ŁŁŁ° Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ Ł Ł ŁŁŁ Ų³ŁŁŲ”Ł Ł ŁŲ§ ŲØŁŲ“ŁŁŲ±Ł ŲØŁŁŁ Ū Ų£ŁŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ° ŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁ Ł ŁŁŲÆŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŲŖŁŁŲ±ŁŲ§ŲØŁ Ū Ų£ŁŁŁŲ§ Ų³ŁŲ§Ų”Ł Ł ŁŲ§ ŁŁŲŁŁŁŁ ŁŁŁŁ
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu [an-Nahl/16:58-59]
Dalam sebuh hadist yang terdapat dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim, dari al-Mughirah bin Syuābah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Muhammad Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ų„ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŲŁŲ±ŁŁŁ Ł Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŁ Ł : Ų¹ŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲ£Ł ŁŁŁŁŲ§ŲŖŁ Ų ŁŁŁ ŁŁŁŲ¹Ų§Ł ŁŁŲ§ŲŖŁ Ų ŁŁŁŁŲ£ŁŲÆŁ Ų§ŁŲØŁŁŁŲ§ŲŖŁ
sesungguhnya Allâh telah mengharamkan bagi kalian perbuatan durhaka kepada para ibu, menahan hak (yang harus ditunaikan) dan selalu meminta sesuatu (yang bukan haknya), serta perbuatan mengubur bayi perempuan hidup-hidup[1]
Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan bahwa orang-orang jahiliyah menguburkan anak-anak wanita dengan dua model :
Pertama : Mereka menyuruh istri mereka sebelum proses kelahiran untuk berada didekat lubang. Apabila yang dilahirkan bayi laki-laki, maka bayi tersebut diambil dan diasuh. Namun, apabila yang terlahir perempuan, maka mereka langsung dimasukkan kedalam lubang dan dikubur.
Kedua : Sebagian mereka, apabila anak perempuannya sudah berumur enam tahun, sang ibu disuruh untuk menghiasinya dengan alasan akan dibawa ziarah ke karib kerabatnya. Kemudian dia dibawa ke tengah padang pasir hingga sampai pada sebuah sumur, lantas dia disuruh melihat kedalam sumur tersebut. Saat dia melihat ke dalam, ia didorong kedalamnya kemudian ditimbun.[2]
Itulah perlakuan buruk mereka terhadap anak perempuan mereka. Ini sangat berbeda dengan syariāat Islam yang menganggap anak wanita sebagai sebuah nikmat yang agung, anugerah mulia dari AllĆ¢h Azza wa Jalla . AllĆ¢h Azza wa Jalla berfirman :
ŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŁŁ ŁŲ§ŁŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŲ§ŁŁŲ£ŁŲ±ŁŲ¶Ł Ū ŁŁŲ®ŁŁŁŁŁ Ł ŁŲ§ ŁŁŲ“ŁŲ§Ų”Ł Ū ŁŁŁŁŲØŁ ŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲ“ŁŲ§Ų”Ł Ų„ŁŁŁŲ§Ų«ŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŲØŁ ŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲ“ŁŲ§Ų”Ł Ų§ŁŲ°ŁŁŁŁŁŲ±Ł ٤٩ Ų£ŁŁŁ ŁŁŲ²ŁŁŁŁŲ¬ŁŁŁŁ Ł Ų°ŁŁŁŲ±ŁŲ§ŁŁŲ§ ŁŁŲ„ŁŁŁŲ§Ų«ŁŲ§ Ū ŁŁŁŁŲ¬ŁŲ¹ŁŁŁ Ł ŁŁŁ ŁŁŲ“ŁŲ§Ų”Ł Ų¹ŁŁŁŁŁ ŁŲ§ Ū Ų„ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲÆŁŁŲ±Ł
Kepunyaan Allâh-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. [as-Syûra/42:49-50]
Dalam musnad Imam ahmad bin Hambal rahimahullah, dari Nabi Muhammad Shallallahu āalaihi wa sallam , beliau Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ł ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲŖŁ ŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŲ«ŁŁ Ų ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ¦ŁŲÆŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ¤Ų«ŁŲ±Ł ŁŁŁŁŲÆŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŲ§Ų Ų£ŁŲÆŁŲ®ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŁŁŁŲ©Ł
Barangsiapa memiliki anak perempuan dan dia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak pula dia hinakan, dan tidak lebih mengutamakan anak laki-laki darinya, maka Allâh akan memasukkannya kedalam surga[3].
Diriwayatkan dari Ibnu MĆ¢jah, dari āUqbah bin āĆmir Radhiyallahu anhu , dia berkata : aku pernah mendengar RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ł ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁ Ų«ŁŁŁŲ§Ų«Ł ŲØŁŁŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŲµŁŲØŁŲ±Ł Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ³ŁŲ§ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ Ų¬ŁŲÆŁŲŖŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁ ŲŁŲ¬ŁŲ§ŲØŁŲ§ Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų±Ł ŁŁŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ§Ł ŁŲ©Ł
Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan, dan dia bersabar atas mereka, serta memberikan mereka pakaian sesuai kemampuannya, maka Allâh akan menjadikan mereka sebagai hijab (penghalang) baginya dari api neraka pada hari Kiamt[4]
Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam ShahĆ®hnya, bahwasanya Nabi Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ł ŁŁŁ Ų¹ŁŲ§ŁŁ Ų¬ŁŲ§Ų±ŁŁŁŲŖŁŁŁŁŁ ŲŁŲŖŁŁŁ ŲŖŁŲØŁŁŁŲŗŁŲ§ Ų¬ŁŲ§Ų”Ł ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ§Ł ŁŲ© Ų£ŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŲŖŁŁŁŁŁ, ŁŁŲ¶ŁŁ ŁŁ Ų£ŁŲµŁŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŁ
āBarangsiapa mengasuh dua anak perempuan sampai mereka mencapai usia baligh, maka dia akan datang pada hari kiamat bersamaku seperti dua iniā Beliau menyatukan dua anak jarinya.[5]
Imam Ahmad juga meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ł ŁŁŁ Ų¹ŁŲ§ŁŁ Ų§ŲØŁŁŁŲŖŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁ Ų«ŁŁŁŲ§Ų«Ł ŲØŁŁŁŲ§ŲŖŁ Ų£ŁŁŁ Ų£ŁŲ®ŁŲŖŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁ Ų«ŁŁŁŲ§Ų«Ł Ų£ŁŲ®ŁŁŁŲ§ŲŖŁŲ ŲŁŲŖŁŁŁ ŁŁŲØŁŁŁŲŗŁŁŁŲ Ų£ŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲŖŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŁŲ Ų£ŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŲŖŁŁŁŁŁ
āBarangsiapa mengasuh dua atau tiga anak perempuan, dua atau tiga saudara perempuannya sampai mereka mencapai usia baligh, atau dia meninggal dan mereka dalam asuhannya, maka dia dan aku seperti dua jari iniā[6]
Imam al-BukhĆ¢ri meriwayatkan dalam kitab Adabul Mufrad dari Sahabat RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam yang bernama JĆ¢bir bin Abdillah Radhiyallahu anhu, dia berkata, āRasĆ»lullĆ¢h
Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ł ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁ Ų«ŁŁŲ§ŁŲ«Ł ŲØŁŁŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŲ¤ŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ±ŁŲŁŁ ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ¬ŁŲØŁŲŖŁ ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŁŁŁŲ©Ł Ų§ŁŁŲØŁŲŖŁŁŲ©Ł ŁŁŁŁŲ§ŁŁ Ų±ŁŲ¬ŁŁŁ Ł ŁŁŁ ŲØŁŲ¹ŁŲ¶Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ Ł : ŁŁŲ«ŁŁŁŲŖŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ ŁŁŲ§ŁŁ: ŁŁŲ«ŁŁŁŲŖŁŁŁŁŁ
āBarangsiapa mengasuh tiga anak perempuan, mencukupi kebutuhan mereka, dan mengasihi mereka maka telah dipastikan baginya surga.ā Salah seorang Sahabat bertanya, āBagaimana dengan dua anak perempuan, wahai RasĆ»lullĆ¢h? Beliau bersabda, āDua anak perempuan juga seperti itu.ā[7]
Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan ShahĆ®h Muslim, diriwayatkab bahwa āAisyah Radhiyallahu anhuma mengatakan, bahwa ada seorang Arab Badui mendatangi Nabi Shallallahu āalaihi wa sallam lalu beliau Shallallahu āalaihi wa sallam bertanya :
Ų£ŁŲŖŁŁŁŲØŁŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲµŁŁŲØŁŁŁŲ§ŁŁŲ ŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁŁŁŁ ŁŲ ŁŁŁŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł: Ų£ŁŁŁŲ£ŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁ ŁŁŲ²ŁŲ¹Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ ŁŁŁŁŲØŁŁŁ Ų§ŁŲ±ŁŁŲŁŁ ŁŲ©Ł
Apakah kalian pernah mencium anak-anak kalian? Dia menjawab, āKami tidak menciumi mereka.ā RasĆ»lullĆ¢h kemudian bersabda, āSaya tidak mampu menjadikan rasa kasih sayang di hatimu, jika AllĆ¢h Azza wa Jalla telah mencabutnya dari hatimu.[8]
2. Wanita Sebagai Ibu
Agama Islam menyeru manusia agar memuliakan kaum wanita dengan penghormatan dan pemuliaan khusus ketika dia menjadi seorang ibu. Pemuliaan dan penghormatan itu dengan cara berbakti kepadanya, berbuat baik kepadanya, mendoāakannya, dan menghindari segala hal yang bisa menyakitinya serta bergaul dengan cara yang lebih dibandingkan cara kita bergaul dengan teman atau sahabat, AllĆ¢h Azza wa Jalla berfirman :
ŁŁŁŁŲµŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŲ„ŁŁŁŲ³ŁŲ§ŁŁ ŲØŁŁŁŲ§ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ Ų„ŁŲŁŲ³ŁŲ§ŁŁŲ§ Ū ŲŁŁ ŁŁŁŲŖŁŁŁ Ų£ŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŲ¶ŁŲ¹ŁŲŖŁŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŁŲ§ Ū ŁŁŲŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲµŁŲ§ŁŁŁŁ Ų«ŁŁŁŲ§Ų«ŁŁŁŁ Ų“ŁŁŁŲ±ŁŲ§ Ū ŲŁŲŖŁŁŁŁ° Ų„ŁŲ°ŁŲ§ ŲØŁŁŁŲŗŁ Ų£ŁŲ“ŁŲÆŁŁŁŁ ŁŁŲØŁŁŁŲŗŁ Ų£ŁŲ±ŁŲØŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų³ŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŁ Ų±ŁŲØŁŁ Ų£ŁŁŁŲ²ŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁ Ų£ŁŲ“ŁŁŁŲ±Ł ŁŁŲ¹ŁŁ ŁŲŖŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲŖŁŁ Ų£ŁŁŁŲ¹ŁŁ ŁŲŖŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁ° ŁŁŲ§ŁŁŲÆŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŁŁ Ų£ŁŲ¹ŁŁ ŁŁŁ ŲµŁŲ§ŁŁŲŁŲ§ ŲŖŁŲ±ŁŲ¶ŁŲ§ŁŁ ŁŁŲ£ŁŲµŁŁŁŲŁ ŁŁŁ ŁŁŁ Ų°ŁŲ±ŁŁŁŁŁŲŖŁŁ Ū Ų„ŁŁŁŁŁ ŲŖŁŲØŁŲŖŁ Ų„ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ„ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁŁ
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: āYa Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.ā [al-AhqĆ¢f/46:15 ]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
ŁŁŁŁŲ¶ŁŁŁ° Ų±ŁŲØŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŲ§ ŲŖŁŲ¹ŁŲØŁŲÆŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŲØŁŲ§ŁŁŁŁŲ§ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ Ų„ŁŲŁŲ³ŁŲ§ŁŁŲ§ Ū Ų„ŁŁ ŁŁŲ§ ŁŁŲØŁŁŁŲŗŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŲÆŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŲ±Ł Ų£ŁŲŁŲÆŁŁŁŁ ŁŲ§ Ų£ŁŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŁŁŲ§ ŲŖŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŲ§ Ų£ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ§ ŲŖŁŁŁŁŁŲ±ŁŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ±ŁŁŁ ŁŲ§ ٢٣ ŁŁŲ§Ų®ŁŁŁŲ¶Ł ŁŁŁŁŁ ŁŲ§ Ų¬ŁŁŁŲ§ŲŁ Ų§ŁŲ°ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ Ų§ŁŲ±ŁŁŲŁŁ ŁŲ©Ł ŁŁŁŁŁŁ Ų±ŁŲØŁŁ Ų§Ų±ŁŲŁŁ ŁŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŁ ŁŲ§ Ų±ŁŲØŁŁŁŁŲ§ŁŁŁ ŲµŁŲŗŁŁŲ±ŁŲ§
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan āahā dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: āWahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecilā. [al-IsrĆ¢ā/17:23-24]
Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim, dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata: RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam pernah ditanya :
ŁŁŲ§ Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ Ų£ŁŲØŁŲ±ŁŁŲ ŁŁŲ§ŁŁ Ų£ŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ Ų«ŁŁ ŁŁ Ł ŁŁŁ Ų ŁŁŲ§ŁŁ Ų£ŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ Ų«ŁŁ ŁŁ Ł ŁŁŁ Ų ŁŁŲ§ŁŁ Ų«ŁŁ ŁŁ Ų£ŁŲØŁŲ§ŁŁ
Wahai RasĆ»lullĆ¢h! Siapakah yang harus saya perlakukan dengan baik? Rasul menjawab, āIbumu.ā Lelaki tersebut bertanya lagi, āKemudian siapa?ā Beliau Shallallahu āalaihi wa sallam menjawab, āIbumu.ā Lelaki itu bertanya lagi, āKemudian siapa?ā Beliau Shallallahu āalaihi wa sallam menjawab, āBapakmu.ā[9]
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu MĆ¢jah dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu anhu , dia berkata, āSeorang lelaki datang menemui RasĆ»lullĆ¢h dalam rangka membaiat beliau untuk hijrah. Orang ini meninggalkan kedua orang tuanya dalam keadaan menangis, RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda kepadanya :
ŁŁŲ§Ų±ŁŲ¬ŁŲ¹Ł Ų„ŁŁŁŁŁŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŲ£ŁŲ¶ŁŲŁŁŁŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŁ ŁŲ§ Ų£ŁŲØŁŁŁŁŁŲŖŁŁŁŁ ŁŲ§
Kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis[10]
Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari Abdullah bin MasāĆ»d Radhiyallahu anhuma, dia berkata :
Ų³ŁŲ£ŁŁŁŲŖŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ Ų£ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŁ ŁŁŁ Ų£ŁŲŁŲØŁŁ Ų„ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų§ŁŲµŁŁŁŲ§Ų©Ł Ų¹ŁŁŁ ŁŁŁŁŲŖŁŁŲ§ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų«ŁŁ ŁŁ Ų£ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų«ŁŁ ŁŁ ŲØŁŲ±ŁŁ Ų§ŁŁŁŲ§ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų«ŁŁ ŁŁ Ų£ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų§ŁŁŲ¬ŁŁŲ§ŲÆŁ ŁŁ Ų³ŁŲØŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ
Saya bertanya kepada Nabi Shallallahu āalaihi wa sallam, āAmalan apa yang paling dicintai AllĆ¢h?ā Beliau Shallallahu āalaihi wa sallam menjawab, āShalat pada waktunya,ā Kemudian aku bertanya lagi, āKemudian apa lagi?ā Beliau Shallallahu āalaihi wa sallam menjawab, āBerbakti kepada orang tua,ā Aku bertanya lagi, āKemudian apa lagi?ā Beliau Shallallahu āalaihi wa sallam menjawab, āJihad fĆ® sabĆ®lillĆ¢hā[11]
Islam sangat melarang menyakiti kedua orang tua atau melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan segala yang menyakiti mereka berdua. Islam menganggap perbuatan tersebut sebagai bentuk kedurhakaan yang akan dihisab oleh Allâh Azza wa Jalla pada hari kiamat nanti, bahkan lebih dari itu Islam menganggap perbuatan tersebut sebagai dosa besar.
Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim, dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, dia berkata, āRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ų£ŁŲ§ Ų£ŁŁŁŲØŁŁŲ¦ŁŁŁŁ Ł ŲØŲ£ŁŁŲØŁŲ±Ł Ų§ŁŁŁŲØŁŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų Ų«ŁŲ§Ų«Ų§Ł ŁŲ§ŁŁŁŁŁŲ§ : ŲØŁŁŁŁ Ų ŁŁŲ§ Ų±ŁŲ³ŁŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų ŁŁŲ§ŁŁ : Ų§ŁŲ„Ų“ŁŲ±ŁŲ§ŁŁ ŲØŲ§ŁŁŁ Ų ŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ§ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ Ų ŁŁŲ§Ł Ł ŁŲŖŁŁŁŁŲ¦Ų§Ł ŁŁŲ¬ŁŁŁŲ³Ł Ų ŁŁŁŁŲ§ŁŁ : Ų£ŁŲ§Ł ŁŁŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲ²ŁŁŁŲ±Ł
Maukah kalian aku kabari dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar?ā Para sahabat berkata : āTentu wahai RasĆ»lullĆ¢h! RasĆ»lullĆ¢h berkata, āMenyekutukan AllĆ¢h Azza wa Jalla , durhaka kepada orang tua,ā Kemudian beliau Shallallahu āalaihi wa sallam duduk tegak dari sandaran beliau Shallallahu āalaihi wa sallam seraya bersabda, āPerkataan dusta,ā Beliau terus mengulangi hal tersebut sampai kami berharap Beliau Shallallahu āalaihi wa sallam diam ( tidak mengulangi ).[12]
Imam Muslim meriwayatkan dalam ShahĆ®hnya, dari Ali Radhiyallahu anhu, dia Radhiyallahu anhu berkata, āRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
ŁŁŲ¹ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ ŁŁŲ¹ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ
Allâh melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya.[13]
3. Wanita Sebagai Istri
Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk memuliakan wanita dalam statusnya sebagai istri. Pemuliaan itu dilakukan dengan memberikannya hak-hak yang agung atas suaminya sebagaimana juga dia memiliki kewajiban-kewajiban terhadap suaminya. Diantara hak istri dalam Islam ialah mendapatkan perlakuan baik dari suaminya, juga mendapatkan perlakuan baik dalam hal makanan, minumam, dan pakaian. Istri juga berhak mendapatkan perlakuan yang lembut dari suami, dimuliakan, serta seorang suami harus bersabar dalam menyikapi istri. Dalam syariat Islam sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik perlakuannya untuk keluarganya. Termasuk hak seorang istri dalam Islam adalah berhak mendapatkan pembelajaran tentang agamanya yaitu Islam, berhak juga mendapatkan penjagaan fisik dan agamanya.
Salah satu ayat al-QurāĆ¢n yang paling lengkap mencakup hak-hak istri yaitu firman AllĆ¢h Azza wa Jalla :
ŁŁŲ¹ŁŲ§Ų“ŁŲ±ŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ¹ŁŲ±ŁŁŁŁ
Dan bergaullah dengan mereka secara patut [an-Nisâ/4:19]
Banyak hadist dari RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam yang menegaskan kewajiban suami untuk memperhatikan hak-hak istri , diantaranya hadist dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, āRasĆ»lullĆ¢h bersabda :
Ų§Ų³ŁŲŖŁŁŁŲµŁŁŲ§ ŲØŲ§ŁŁŁŁŲ³Ų§Ų”Ł Ų®ŁŁŁŲ±Ų§Ł Ų ŁŁŲ„ŁŁŁŁ Ų§ŁŁ ŁŲ±ŁŲ£ŁŲ©Ł Ų®ŁŁŁŁŁŲŖŁ Ł ŁŁŁ Ų¶ŁŁŲ¹Ł Ų ŁŁŲ„ŁŁŁ Ų£Ų¹ŁŁŁŲ¬Ł Ł ŁŲ§ ŁŁ Ų§ŁŲ¶ŁŁŁŁŲ¹Ł Ų£Ų¹ŁŁŲ§ŁŁ Ų ŁŁŲ„ŁŁ Ų°ŁŁŁŲØŲŖŁ ŲŖŁŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŲ±ŁŲŖŁŁŁ Ų ŁŁŲ„ŁŁ ŲŖŁŲ±ŁŁŁŲŖŁŁŁ Ų ŁŁŁ Ł ŁŁŲ²ŁŁŁ Ų£Ų¹ŁŁŲ¬Ł Ų ŁŁŲ§Ų³ŁŲŖŁŁŲµŁŁŲ§ ŲØŲ§ŁŁŁŁŲ³Ų§Ų”Ł
Terimalah wasiatku untuk berbuat baik kepada para wanita. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok). Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah tulang rusuk teratas. Apabila kamu meluruskannya kamu akan mematahkannya, namun pabila kamu diamkan dia akan semkin bengkok, maka berlaku baiklah padanya.[14]
Imam Nawawi rahimahullah berkata,āDalam hadist ini terdapat perintah untuk bersikap lembut dan berbuat baik kapada wanita, serta bersabar atas akhlaknya yang masih bengkok (salah) serta bersabar juga menghadapi lemahnya akal mereka. Hadist ini juga berisi makruhnya menjatuhkan talak atas mereka tanpa sebab, dan tidak berusaha meluruskannya, wallahu aālam.[15]
Imam Ahmad, Abu Daud, dan Turmuzi meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, āRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ų£ŁŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁ ŁŲ¤Ł ŁŁŁŁŁŁ Ų„ŁŁ ŁŲ§ŁŲ§Ł Ų£ŲŁŲ³ŁŁŁŁŁŁ Ł Ų®ŁŁŁŁŲ§Ł Ų ŁŲ®ŁŁŁŲ§Ų±ŁŁŁŁ Ł Ų®ŁŁŁŲ§Ų±ŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŲ³ŁŲ§Ų¦ŁŁŁŁ Ł
Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik baik orang diantara kalian adalah yang baik akhlaknya bagi keluarganya[16]
Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam ShahĆ®hnya dari JĆ¢bir bin Abdullah Radhiyallahu anhu , bahwasanya RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam berkhutbah pada haji Wadaā, (yang artinya, āBertakwalah kepada AllĆ¢h dalam urusan wanita-wanita kalian! Sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari AllĆ¢h. Kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimatullĆ¢h (akad nikah). Kalian (para suami) mempunyai hak atas mereka untuk tidak membiarkan seseorang yang kalian benci menjamah kasur kalian. Apabila mereka melalaikan hal tersebut maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti, dan bagi mereka (hak mereka ) makanan dan pakaian dengan maārĆ»f.ā[17]
Maksud dari sabda RasĆ»lullĆ¢h, āMereka tidak membiarkan seseorang yang kalian benci menjamah kasur kalianā yaitu para istri-istri kalian tidak mengizinkan seseorang yang kalian benci untuk masuk kedalam rumah kalian dan duduk didalamnya, baik laiki-laki ataupun wanita.
Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam ShahĆ®hnya, dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, āRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda, āTidaklah sorang Mukmin membenci seorang wanita Mukminah, apabila dia tidak suka darinya sebuah perangai dia akan ridha (suka) dengan perangainya yang lian.ā[18]
Barangsiapa mendapatkan dari istrinya sebuah perangai yang dia tidak sukai, maka sungguh ada pada istrinya banyak akhlak dan prilaku mulia yang akan membuatnya ridha.
Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi meriwayatkan dari āAisyah Radhiyallahu anhuma, bahwa RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ų„ŁŁŁŁŁ ŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŲ³ŁŲ§Ų”Ł Ų“ŁŁŁŲ§Ų¦ŁŁŁ Ų§ŁŲ±ŁŁŲ¬ŁŲ§ŁŁ
Sesungguhnya wanita merupakan saudari kandung bagi laki-laki.[19]
Ibnu al-AtsĆ®r rahimahullah mengatakan, āMaksudnya adalah wanita itu memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dari segi akhlak dan perangai. Seolah-olah para wanita itu diambil dari laki-laki. Juga dikarenakan Hawaā diciptakan dari Adam. SyaqĆ®qur rajul artinya saudara kandung. Kata SyaqĆ®q, bentuk pluralnya adalah asyiqqĆ¢[20]ā ( Ų£Ų“ŁŲ§Ų” )
4. Wanita sebagai Saudari dan Bibi
Disamping hal-hal di atas, Islam juga menyeru umatnya agar memuliakan wanita dalam statusnya sebagai saudara perempuan dan bibi. Pemuliaan ini diwujudkan dengan menyambung silaturahmi, berbuat baik kepada mereka, memahami dan mengetahui hak-hak mereka. Orang yang melakukan ini, akan mendapatkan pahala yang besar dari Allâh Azza wa Jalla .
Imam al-BukhĆ¢ri dalam al-Adabul Mufrad, dan Ibnu MĆ¢jah dari al-Mikdam bin Maādi Karib Radhiyallahu anhu, beliau Radhiyallahu anhu pernah mendengar RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda :
Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŲµŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ£ŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŲŖŁŁŁŁ Ł Ų«ŁŁ ŁŁ ŁŁŁŲµŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ£ŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŲŖŁŁŁŁ Ł Ų«ŁŁ ŁŁ ŁŁŁŲµŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ¢ŲØŁŲ§Ų¦ŁŁŁŁ Ł Ų«ŁŁ ŁŁ ŁŁŁŲµŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ§ŁŁŲ£ŁŁŁŲ±ŁŲØŁ ŁŁŲ§ŁŁŲ£ŁŁŁŲ±ŁŲØŁ
Sesungguhnya Allâh mewasiatkan kepada kalian ibu-ibu kalian, kemudian ibu-ibu kalian, kemudian Allâh mewasiatkan kepada kalian bapak-bapak kalian, kemudian keluarga yang paling dekat dengan kalian dan baru keluarga yang dekat.[21]
Diriwayatkan dari imam Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Saāid al-Khudri Radhiyallahu anhu, RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda, yang artinya, āTidaklah seseorang memiliki tiga anak wanita atau tiga saudara perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, kecuali dia akan masuk surga.ā[22]
Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari Anas bin MĆ¢lik Radhiyallahu anhu, RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu āalaihi wa sallam bersabda, yang artinya, āBarangsiapa ingin dilapangkan rizkinya, diperbanyak anaknya, maka hendaknya dia menyambung tali silaturahminya.ā[23]
6. Wanita Asing
Perhatian Islam terhadap wanita, tidak hanya ketika dia memiliki hubungan kekeluargaan, tapi juga terhadap wanita asing yang tidak memiliki kekerabatan dengannya. Islam menganjurkan agar umatnya memperhatikan mereka, berbuat baik dan memberikan pertolongan jika dia butuh bantuan.
Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari Nabi Shallallahu āalaihi wa sallam :
Ų§ŁŲ³ŁŁŲ§Ų¹ŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŲ£ŁŲ±ŁŁ ŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁŁŁ Ų ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ¬ŁŲ§ŁŁŲÆŁ ŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁŁŲ§Ų¦ŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁ ŁŲ§Ł ŁŁŁŁŲŖŁŲ±Ł Ų ŁŁŁŁŲ§ŁŲµŁŁŲ§Ų¦ŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁ ŁŲ§Ł ŁŁŁŁŲ·ŁŲ±Ł
Orang yang membantu janda dan orang miskin seperti seorang mujahid fisabilillah, atau seperti orang yang selalu shalat malam dan tidak pernah malas, atau seperti orang yang terus berpuasa tanpa henti.[24]
Ini sedikit gambaran dari penghormatan yang diraih kaum wanita dalam syairāat Islam. Penghormatan dan penghargaan seperti ini tidak mungkin diraih oleh seorang wanita pada selain agama Islam, sebuah agama yang diridhai oleh AllĆ¢h buat para hamba-Nya.
(Diangkat dari al-JĆ¢miā lil BuhĆ»ts war RasĆ¢āil, Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin, hlm. 528-534)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo ā Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. HR al-Bukhâri, no. 5975 dan Muslim, no. 593
[2]. Fathul BĆ¢ri ( 10/421)
[3]. Musnad Imam Ahmad ( 1/223)
[4]. Sunan Ibnu MĆ¢jah, no. 3669
[5]. ShahƮh Muslim, no. 2631
[6]. Musnad imam Ahmad (3/148)
[7]. HR al-Bukhâri dalam Adabul Mufrad, no. 178
[8]. Shahîh al-Bukhâri, no. 5998 dan Shahîh Muslim, no. 2317
[9]. Shahîh al-Bukhâri, no 5971 dan Muslim, no. 2548
[10]. Abu Daud, no. 2528 dan Ibnu MĆ¢jah, no. 2782
[11]. Shahîh al-Bukhâri , no. 5970 dan Muslim, no. 85
[12]. Shahîh al-Bukhâri, no. 5976 dan Muslim, no. 87
[13]. HR. Muslim, no. 1978
[14]. Shahîh al-Bukhâri, no. 3331 dan Muslim, no. 1468
[15]. Syarah ShahƮh Muslim (10/57)
[16]. Ahmad ( 2/250,472), Abu Daud, no. 4682 dan at-Tirmizi, no. 1162
[17]. ShahƮh Muslim, no. 1218
[18]. ShahƮh Mulim, no. 1469
[19]. Ahmad (6/277,256), Abu Daud, no. 236), dan Tirmizi, no. 113
[20]. an-Nihâyah, Ibnu Atsîr (2/492)
[21]. al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad, no. 60 dan Ibnu Majah, no. 3661
[22]. Tirmizi, no. 1912 dan Abu Daud, no. 5147
[23]. Shahîh al-Bukhâri, no. 5986 dan Muslim, no. 2557
[24]. Shahîh al-Bukhâri , no. 6007 dan Muslim, no. 2982
Sumber: https://almanhaj.or.id/4130-kemulian-wanita-dalam-syariat-islam.html

Comments