top of page

KEMUALIAN WANITA DALAM SYARIAT ISLAM

  • Gambar penulis: Bina Wisata
    Bina Wisata
  • 30 Apr 2018
  • 11 menit membaca

Diperbarui: 2 Mei 2018



Oleh : Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr


Dalam naungan ajaran Islam, kaum wanita hidup dengan penuh kemuliaan. Wanita terus mendapatkan pernghargaan dan dihargai serta dimuliakan semenjak pertama kali dia terlahir ke bumi. Mereka dimuliakan dalam semua fase kehidupan yang mereka lalui, baik ketika ia sebagai seorang anak, ibu, istri, saudari, atau bibi. Kaum wanita pada semua fase kehidupannya selalu dimuliakan dan diberikan hak-hak khusus oleh Islam.


1. Wanita Sebagai Anak


Saat seorang wanita sebagai seorang anak, Islam menyerukan agar berbuat baik padanya, memperhatikan pendidikan dan pengasuhannya, agar dia menjadi wanita shalihah yang menjaga kehormatannya. Islam juga mencela perbuatan kaum jahiliyah yang telah mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup dan perbuatan orang-orang yang membenci kehadiran mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman :


ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŲØŁŲ“Ł‘ŁŲ±ŁŽ Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŁ†Ł’Ų«ŁŽŁ‰Ł° ŲøŁŽŁ„Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ¬Ł’Ł‡ŁŁ‡Ł Ł…ŁŲ³Ł’ŁˆŁŽŲÆŁ‘Ł‹Ų§ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ ŁƒŁŽŲøŁŁŠŁ…ŁŒ ل٨ ŁŠŁŽŲŖŁŽŁˆŁŽŲ§Ų±ŁŽŁ‰Ł° Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł مِنْ Ų³ŁŁˆŲ”Ł Ł…ŁŽŲ§ ŲØŁŲ“Ł‘ŁŲ±ŁŽ بِهِ ۚ Ų£ŁŽŁŠŁŁ…Ł’Ų³ŁŁƒŁŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰Ł° Ł‡ŁŁˆŁ†Ł Ų£ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲÆŁŲ³Ł‘ŁŁ‡Ł فِي Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŲ±ŁŽŲ§ŲØŁ Ū— Ų£ŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲ§Ų”ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ­Ł’ŁƒŁŁ…ŁŁˆŁ†ŁŽ


Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu [an-Nahl/16:58-59]

Dalam sebuh hadist yang terdapat dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim, dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Muhammad Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ų„Ł†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŲ±Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ : Ų¹ŁŁ‚ŁŁˆŁ‚ŁŽ Ų§Ł„Ų£Ł…Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ŲŖŁ ، ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’Ų¹Ų§Ł‹ ŁˆŁ‡Ų§ŲŖŁ ، ŁˆŁŽŁˆŁŽŲ£Ł’ŲÆŁŽ Ų§Ł„ŲØŁŽŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ


sesungguhnya Allâh telah mengharamkan bagi kalian perbuatan durhaka kepada para ibu, menahan hak (yang harus ditunaikan) dan selalu meminta sesuatu (yang bukan haknya), serta perbuatan mengubur bayi perempuan hidup-hidup[1]


Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan bahwa orang-orang jahiliyah menguburkan anak-anak wanita dengan dua model :


Pertama : Mereka menyuruh istri mereka sebelum proses kelahiran untuk berada didekat lubang. Apabila yang dilahirkan bayi laki-laki, maka bayi tersebut diambil dan diasuh. Namun, apabila yang terlahir perempuan, maka mereka langsung dimasukkan kedalam lubang dan dikubur.


Kedua : Sebagian mereka, apabila anak perempuannya sudah berumur enam tahun, sang ibu disuruh untuk menghiasinya dengan alasan akan dibawa ziarah ke karib kerabatnya. Kemudian dia dibawa ke tengah padang pasir hingga sampai pada sebuah sumur, lantas dia disuruh melihat kedalam sumur tersebut. Saat dia melihat ke dalam, ia didorong kedalamnya kemudian ditimbun.[2]


Itulah perlakuan buruk mereka terhadap anak perempuan mereka. Ini sangat berbeda dengan syari’at Islam yang menganggap anak wanita sebagai sebuah nikmat yang agung, anugerah mulia dari AllĆ¢h Azza wa Jalla . AllĆ¢h Azza wa Jalla berfirman :


Ł„ŁŁ„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł…ŁŁ„Ł’ŁƒŁ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ±Ł’Ų¶Ł ۚ ŁŠŁŽŲ®Ł’Ł„ŁŁ‚Ł Ł…ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ“ŁŽŲ§Ų”Ł ۚ ŁŠŁŽŁ‡ŁŽŲØŁ Ł„ŁŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ“ŁŽŲ§Ų”Ł Ų„ŁŁ†ŁŽŲ§Ų«Ł‹Ų§ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ‡ŁŽŲØŁ Ł„ŁŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ“ŁŽŲ§Ų”Ł Ų§Ł„Ų°Ł‘ŁŁƒŁŁˆŲ±ŁŽ ٤٩ Ų£ŁŽŁˆŁ’ ŁŠŁŲ²ŁŽŁˆŁ‘ŁŲ¬ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų°ŁŁƒŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł†Ł‹Ų§ ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†ŁŽŲ§Ų«Ł‹Ų§ Ū– ŁˆŁŽŁŠŁŽŲ¬Ł’Ų¹ŁŽŁ„Ł Ł…ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ“ŁŽŲ§Ų”Ł Ų¹ŁŽŁ‚ŁŁŠŁ…Ł‹Ų§ ۚ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁ…ŁŒ Ł‚ŁŽŲÆŁŁŠŲ±ŁŒ


Kepunyaan Allâh-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. [as-Syûra/42:49-50]

Dalam musnad Imam ahmad bin Hambal rahimahullah, dari Nabi Muhammad Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ł…ŁŽŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽŲŖŁ’ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų£ŁŁ†Ł’Ų«ŁŽŁ‰ ، ŁŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲ¦ŁŲÆŁ’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŁ‡ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ، ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŲ¤Ų«ŁŲ±Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŽŲ§ŲŒ Ų£ŁŽŲÆŁ’Ų®ŁŽŁ„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ©ŁŽ


Barangsiapa memiliki anak perempuan dan dia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak pula dia hinakan, dan tidak lebih mengutamakan anak laki-laki darinya, maka Allâh akan memasukkannya kedalam surga[3].


Diriwayatkan dari Ibnu MĆ¢jah, dari ā€˜Uqbah bin ā€˜Ć‚mir Radhiyallahu anhu , dia berkata : aku pernah mendengar RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ł…ŁŽŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų«ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų«Ł ŲØŁŽŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁŁŽŲµŁŽŲØŁŽŲ±ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŁƒŁŽŲ³ŁŽŲ§Ł‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ مِنْ Ų¬ŁŲÆŁŽŲŖŁŁ‡Ł ŁƒŁŁ†Ł‘ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų­ŁŲ¬ŁŽŲ§ŲØŁ‹Ų§ مِنْ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŁŠŁŽŲ§Ł…ŁŽŲ©Ł


Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan, dan dia bersabar atas mereka, serta memberikan mereka pakaian sesuai kemampuannya, maka Allâh akan menjadikan mereka sebagai hijab (penghalang) baginya dari api neraka pada hari Kiamt[4]

Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam ShahĆ®hnya, bahwasanya Nabi Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų¬ŁŽŲ§Ų±ŁŁŠŁŽŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ ŲŖŁŽŲØŁ’Ł„ŁŲŗŁŽŲ§ Ų¬ŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł… Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŁŠŁŽŲ§Ł…ŁŽŲ© Ų£ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ ŁƒŁŽŁ‡ŁŽŲ§ŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł, ŁˆŁŽŲ¶ŁŽŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲµŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŽŁ‡Ł


ā€œBarangsiapa mengasuh dua anak perempuan sampai mereka mencapai usia baligh, maka dia akan datang pada hari kiamat bersamaku seperti dua iniā€ Beliau menyatukan dua anak jarinya.[5]


Imam Ahmad juga meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§ŲØŁ’Ł†ŁŽŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ų«ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų«ŁŽ ŲØŁŽŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ų£ŁŲ®Ł’ŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ų«ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų«ŁŽ Ų£ŁŽŲ®ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŲØŁ’Ł„ŁŲŗŁ’Ł†ŁŽŲŒ Ų£ŁŽŁˆŁ’ ŁŠŁŽŁ…ŁŁˆŲŖŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŁ†Ł‘ŁŽŲŒ Ų£ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ ŁƒŁŽŁ‡ŁŽŲ§ŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł


ā€œBarangsiapa mengasuh dua atau tiga anak perempuan, dua atau tiga saudara perempuannya sampai mereka mencapai usia baligh, atau dia meninggal dan mereka dalam asuhannya, maka dia dan aku seperti dua jari iniā€[6]


Imam al-BukhĆ¢ri meriwayatkan dalam kitab Adabul Mufrad dari Sahabat RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam yang bernama JĆ¢bir bin Abdillah Radhiyallahu anhu, dia berkata, ā€œRasĆ»lullĆ¢h

Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ł…ŁŽŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų«ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ«Ł ŲØŁŽŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁŠŁŲ¤Ł’ŁˆŁŁŠŁ’Ł‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁƒŁ’ŁŁŁŠŁ’Ł‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŁŠŁŽŲ±Ł’Ų­ŁŽŁ…ŁŁ‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲØŁŽŲŖŁ’ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŲŖŁ‘ŁŽŲ©ŁŽ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲ¬ŁŽŁ„ŁŒ مِنْ ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶Ł Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł : ŁˆŁŽŲ«ŁŁ†Ł’ŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŲŸ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: ŁˆŁŽŲ«ŁŁ†Ł’ŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł


ā€œBarangsiapa mengasuh tiga anak perempuan, mencukupi kebutuhan mereka, dan mengasihi mereka maka telah dipastikan baginya surga.ā€ Salah seorang Sahabat bertanya, ā€œBagaimana dengan dua anak perempuan, wahai RasĆ»lullĆ¢h? Beliau bersabda, ā€œDua anak perempuan juga seperti itu.ā€[7]


Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan ShahĆ®h Muslim, diriwayatkab bahwa ā€˜Aisyah Radhiyallahu anhuma mengatakan, bahwa ada seorang Arab Badui mendatangi Nabi Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam lalu beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bertanya :


Ų£ŁŽŲŖŁŁ‚ŁŽŲØŁ‘ŁŁ„ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŲØŁ’ŁŠŁŽŲ§Ł†ŁŽŲŸ ŁŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ł†ŁŁ‚ŁŽŲØŁ‘ŁŁ„ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ: Ų£ŁŽŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ…Ł’Ł„ŁŁƒŁ Ł„ŁŽŁƒŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł†ŁŽŲ²ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł مِنْ Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁŁƒŁŽ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲ©ŁŽ


Apakah kalian pernah mencium anak-anak kalian? Dia menjawab, ā€œKami tidak menciumi mereka.ā€ RasĆ»lullĆ¢h kemudian bersabda, ā€˜Saya tidak mampu menjadikan rasa kasih sayang di hatimu, jika AllĆ¢h Azza wa Jalla telah mencabutnya dari hatimu.[8]


2. Wanita Sebagai Ibu


Agama Islam menyeru manusia agar memuliakan kaum wanita dengan penghormatan dan pemuliaan khusus ketika dia menjadi seorang ibu. Pemuliaan dan penghormatan itu dengan cara berbakti kepadanya, berbuat baik kepadanya, mendo’akannya, dan menghindari segala hal yang bisa menyakitinya serta bergaul dengan cara yang lebih dibandingkan cara kita bergaul dengan teman atau sahabat, AllĆ¢h Azza wa Jalla berfirman :


ŁˆŁŽŁˆŁŽŲµŁ‘ŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ų„ŁŁ†Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŲØŁŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŲÆŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł‹Ų§ Ū– Ų­ŁŽŁ…ŁŽŁ„ŁŽŲŖŁ’Ł‡Ł Ų£ŁŁ…Ł‘ŁŁ‡Ł ŁƒŁŲ±Ł’Ł‡Ł‹Ų§ ŁˆŁŽŁˆŁŽŲ¶ŁŽŲ¹ŁŽŲŖŁ’Ł‡Ł ŁƒŁŲ±Ł’Ł‡Ł‹Ų§ Ū– ŁˆŁŽŲ­ŁŽŁ…Ł’Ł„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁŁŲµŁŽŲ§Ł„ŁŁ‡Ł Ų«ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų«ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų“ŁŽŁ‡Ł’Ų±Ł‹Ų§ ۚ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰Ł° Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŲØŁŽŁ„ŁŽŲŗŁŽ Ų£ŁŽŲ“ŁŲÆŁ‘ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲØŁŽŁ„ŁŽŲŗŁŽ Ų£ŁŽŲ±Ł’ŲØŁŽŲ¹ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’Ų²ŁŲ¹Ł’Ł†ŁŁŠ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲ“Ł’ŁƒŁŲ±ŁŽ Ł†ŁŲ¹Ł’Ł…ŁŽŲŖŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲŖŁŁŠ Ų£ŁŽŁ†Ł’Ų¹ŁŽŁ…Ł’ŲŖŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰Ł° ŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŲÆŁŽŁŠŁ‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŽ ŲµŁŽŲ§Ł„ŁŲ­Ł‹Ų§ ŲŖŁŽŲ±Ł’Ų¶ŁŽŲ§Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ł„ŁŲ­Ł’ Ł„ŁŁŠ فِي Ų°ŁŲ±Ł‘ŁŁŠŁ‘ŁŽŲŖŁŁŠ Ū– Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŁŠ ŲŖŁŲØŁ’ŲŖŁ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŁŠ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ†ŁŽ


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: ā€œYa Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.ā€ [al-AhqĆ¢f/46:15 ]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :


ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ¶ŁŽŁ‰Ł° Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁƒŁŽ Ų£ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ¹Ł’ŲØŁŲÆŁŁˆŲ§ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§Ł‡Ł ŁˆŁŽŲØŁŲ§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŲÆŁŽŁŠŁ’Ł†Ł Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł‹Ų§ ۚ Ų„ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲØŁ’Ł„ŁŲŗŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŲØŁŽŲ±ŁŽ Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁŁ‡ŁŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁˆŁ’ ŁƒŁŁ„ŁŽŲ§Ł‡ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ‚ŁŁ„Ł’ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŁŁ‘Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ±Ł’Ł‡ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ„Ł’ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…ŁŽŲ§ Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł„Ł‹Ų§ ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ…Ł‹Ų§ ٢٣ ŁˆŁŽŲ§Ų®Ł’ŁŁŲ¶Ł’ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…ŁŽŲ§ Ų¬ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ų­ŁŽ Ų§Ł„Ų°Ł‘ŁŁ„Ł‘Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ„Ł’ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ų±Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’Ł‡ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁŠŁŽŲ§Ł†ŁŁŠ ŲµŁŽŲŗŁŁŠŲ±Ł‹Ų§


Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ā€œahā€ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ā€œWahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecilā€. [al-Isrâ’/17:23-24]


Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim, dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata: RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam pernah ditanya :


ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„ŁŽ اللهِ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲØŁŽŲ±Ł‘ŁŲŸ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų£ŁŁ…Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŁ†Ł’ ؟ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų£ŁŁ…Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŁ†Ł’ ؟ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲØŁŽŲ§ŁƒŁŽ


Wahai RasĆ»lullĆ¢h! Siapakah yang harus saya perlakukan dengan baik? Rasul menjawab, ā€œIbumu.ā€ Lelaki tersebut bertanya lagi, ā€Kemudian siapa?ā€ Beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam menjawab, ā€œIbumu.ā€ Lelaki itu bertanya lagi, ā€Kemudian siapa?ā€ Beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam menjawab, ā€œBapakmu.ā€[9]


Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu MĆ¢jah dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu anhu , dia berkata, ā€Seorang lelaki datang menemui RasĆ»lullĆ¢h dalam rangka membaiat beliau untuk hijrah. Orang ini meninggalkan kedua orang tuanya dalam keadaan menangis, RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda kepadanya :


ŁŁŽŲ§Ų±Ł’Ų¬ŁŲ¹Ł’ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŁŽŲ£ŁŽŲ¶Ł’Ų­ŁŁƒŁ’Ł‡ŁŁ…ŁŲ§ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŲØŁ’ŁƒŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŽŁ‡ŁŁ…ŁŲ§


Kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis[10]


Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhuma, dia berkata :


Ų³ŁŽŲ£ŁŽŁ„Ł’ŲŖŁ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŽ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… Ų£ŁŽŁŠŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŁ…ŁŽŁ„Ł Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲØŁ‘Ł ؄ِلى اللهِ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„Ų§Ų©Ł Ų¹ŁŽŁ„Ł‰ ŁˆŁŽŁ‚Ł’ŲŖŁŁ‡Ų§ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲØŁŲ±Ł‘Ł Ų§Ł„Ł’ŁˆŲ§Ł„ŁŲÆŁŽŁŠŁ’Ł†Ł Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŁ‡Ų§ŲÆŁ في Ų³ŁŽŲØŁŠŁ„Ł اللهِ


Saya bertanya kepada Nabi Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam, ā€˜Amalan apa yang paling dicintai AllĆ¢h?’ Beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam menjawab, ā€˜Shalat pada waktunya,’ Kemudian aku bertanya lagi, ā€˜Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam menjawab, ā€˜Berbakti kepada orang tua,’ Aku bertanya lagi, ā€˜Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam menjawab, ā€˜Jihad fĆ® sabĆ®lillĆ¢h’[11]


Islam sangat melarang menyakiti kedua orang tua atau melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan segala yang menyakiti mereka berdua. Islam menganggap perbuatan tersebut sebagai bentuk kedurhakaan yang akan dihisab oleh Allâh Azza wa Jalla pada hari kiamat nanti, bahkan lebih dari itu Islam menganggap perbuatan tersebut sebagai dosa besar.

Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim, dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, dia berkata, ā€œRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


ألا Ų£ŁŁ†ŁŽŲØŁ‘ŁŲ¦ŁŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŲ£ŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ų§Ł„ŁƒŁŽŲØŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł ؟ ثلاثاً Ł‚Ų§ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ų§ : ŲØŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ، ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„ الله ، Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ : Ų§Ł„Ų„Ų“Ł’Ų±ŁŽŲ§ŁƒŁ بالله ، ŁˆŁŽŲ¹ŁŁ‚ŁŁˆŁ‚Ł Ų§Ł„ŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŲÆŁŽŁŠŁ’Ł†Ł ، ŁˆŁƒŲ§Ł† Ł…ŁŲŖŁ‘ŁŽŁƒŁŲ¦Ų§Ł‹ ŁŁŽŲ¬ŁŽŁ„ŁŽŲ³ŁŽ ، ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ : Ų£Ł„Ų§ŁŽ ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŁˆŁ’Ł„Ł Ų§Ł„Ų²Ł‘ŁŁˆŲ±Ł


Maukah kalian aku kabari dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar?’ Para sahabat berkata : ā€œTentu wahai RasĆ»lullĆ¢h! RasĆ»lullĆ¢h berkata, ā€˜Menyekutukan AllĆ¢h Azza wa Jalla , durhaka kepada orang tua,’ Kemudian beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam duduk tegak dari sandaran beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam seraya bersabda, ā€˜Perkataan dusta,’ Beliau terus mengulangi hal tersebut sampai kami berharap Beliau Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam diam ( tidak mengulangi ).[12]


Imam Muslim meriwayatkan dalam ShahĆ®hnya, dari Ali Radhiyallahu anhu, dia Radhiyallahu anhu berkata, ā€œRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŲÆŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł


Allâh melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya.[13]


3. Wanita Sebagai Istri


Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk memuliakan wanita dalam statusnya sebagai istri. Pemuliaan itu dilakukan dengan memberikannya hak-hak yang agung atas suaminya sebagaimana juga dia memiliki kewajiban-kewajiban terhadap suaminya. Diantara hak istri dalam Islam ialah mendapatkan perlakuan baik dari suaminya, juga mendapatkan perlakuan baik dalam hal makanan, minumam, dan pakaian. Istri juga berhak mendapatkan perlakuan yang lembut dari suami, dimuliakan, serta seorang suami harus bersabar dalam menyikapi istri. Dalam syariat Islam sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik perlakuannya untuk keluarganya. Termasuk hak seorang istri dalam Islam adalah berhak mendapatkan pembelajaran tentang agamanya yaitu Islam, berhak juga mendapatkan penjagaan fisik dan agamanya.


Salah satu ayat al-Qur’ân yang paling lengkap mencakup hak-hak istri yaitu firman AllĆ¢h Azza wa Jalla :


ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ų“ŁŲ±ŁŁˆŁ‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ¹Ł’Ų±ŁŁˆŁŁ


Dan bergaullah dengan mereka secara patut [an-Nisâ/4:19]


Banyak hadist dari RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam yang menegaskan kewajiban suami untuk memperhatikan hak-hak istri , diantaranya hadist dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, ā€œRasĆ»lullĆ¢h bersabda :


Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŽŁˆŁ’ŲµŁŁˆŲ§ بالنِّساِؔ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ų§Ł‹ Ų› ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł…ŁŽŲ±Ł’Ų£ŁŽŲ©ŁŽ Ų®ŁŁ„ŁŁ‚ŁŽŲŖŁ’ مِنْ Ų¶ŁŁ„Ų¹Ł ، ŁˆŁŽŲ„Ł†Ł‘ŁŽ Ų£Ų¹Ł’ŁˆŁŽŲ¬ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ في Ų§Ł„Ų¶Ł‘ŁŁ„ŁŽŲ¹Ł Ų£Ų¹Ł’Ł„Ų§Ł‡Ł ، ŁŁŽŲ„Ł†Ł’ Ų°ŁŽŁ‡ŁŽŲØŲŖŁŽ ŲŖŁŁ‚ŁŠŁ…ŁŁ‡Ł ŁƒŁŽŲ³ŁŽŲ±Ł’ŲŖŁŽŁ‡Ł ، ŁˆŁŽŲ„Ł†Ł’ ŲŖŁŽŲ±ŁŽŁƒŁ’ŲŖŁŽŁ‡Ł ، Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲ²ŁŽŁ„Ł’ Ų£Ų¹Ł’ŁˆŲ¬ŁŽ ، ŁŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŁˆŲµŁŁˆŲ§ بالنِّساِؔ


Terimalah wasiatku untuk berbuat baik kepada para wanita. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok). Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah tulang rusuk teratas. Apabila kamu meluruskannya kamu akan mematahkannya, namun pabila kamu diamkan dia akan semkin bengkok, maka berlaku baiklah padanya.[14]


Imam Nawawi rahimahullah berkata,ā€Dalam hadist ini terdapat perintah untuk bersikap lembut dan berbuat baik kapada wanita, serta bersabar atas akhlaknya yang masih bengkok (salah) serta bersabar juga menghadapi lemahnya akal mereka. Hadist ini juga berisi makruhnya menjatuhkan talak atas mereka tanpa sebab, dan tidak berusaha meluruskannya, wallahu a’lam.[15]


Imam Ahmad, Abu Daud, dan Turmuzi meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, ā€œRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ų£ŁƒŁ’Ł…ŁŽŁ„Ł Ų§Ł„Ł…ŁŲ¤Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų„ŁŠŁ…ŁŽŲ§Ł†Ų§Ł‹ Ų£Ų­Ł’Ų³ŁŽŁ†ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų®ŁŁ„ŁŁ‚Ų§Ł‹ ، ŁˆŲ®ŁŁŠŁŽŲ§Ų±ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų®ŁŁŠŁŽŲ§Ų±ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŁ†ŁŲ³ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ‡ŁŁ…Ł’

Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik baik orang diantara kalian adalah yang baik akhlaknya bagi keluarganya[16]


Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam ShahĆ®hnya dari JĆ¢bir bin Abdullah Radhiyallahu anhu , bahwasanya RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam berkhutbah pada haji Wada’, (yang artinya, ā€œBertakwalah kepada AllĆ¢h dalam urusan wanita-wanita kalian! Sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari AllĆ¢h. Kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimatullĆ¢h (akad nikah). Kalian (para suami) mempunyai hak atas mereka untuk tidak membiarkan seseorang yang kalian benci menjamah kasur kalian. Apabila mereka melalaikan hal tersebut maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti, dan bagi mereka (hak mereka ) makanan dan pakaian dengan ma’rĆ»f.ā€[17]


Maksud dari sabda RasĆ»lullĆ¢h, ā€œMereka tidak membiarkan seseorang yang kalian benci menjamah kasur kalianā€ yaitu para istri-istri kalian tidak mengizinkan seseorang yang kalian benci untuk masuk kedalam rumah kalian dan duduk didalamnya, baik laiki-laki ataupun wanita.

Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam ShahĆ®hnya, dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, ā€œRasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda, ā€œTidaklah sorang Mukmin membenci seorang wanita Mukminah, apabila dia tidak suka darinya sebuah perangai dia akan ridha (suka) dengan perangainya yang lian.ā€[18]


Barangsiapa mendapatkan dari istrinya sebuah perangai yang dia tidak sukai, maka sungguh ada pada istrinya banyak akhlak dan prilaku mulia yang akan membuatnya ridha.

Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi meriwayatkan dari ā€˜Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwa RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŲ³ŁŽŲ§Ų”Ł Ų“ŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ‚Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŲ¬ŁŽŲ§Ł„Ł


Sesungguhnya wanita merupakan saudari kandung bagi laki-laki.[19]

Ibnu al-AtsĆ®r rahimahullah mengatakan, ā€œMaksudnya adalah wanita itu memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dari segi akhlak dan perangai. Seolah-olah para wanita itu diambil dari laki-laki. Juga dikarenakan Hawa’ diciptakan dari Adam. SyaqĆ®qur rajul artinya saudara kandung. Kata SyaqĆ®q, bentuk pluralnya adalah asyiqqĆ¢[20]’ ( أؓقاؔ )


4. Wanita sebagai Saudari dan Bibi


Disamping hal-hal di atas, Islam juga menyeru umatnya agar memuliakan wanita dalam statusnya sebagai saudara perempuan dan bibi. Pemuliaan ini diwujudkan dengan menyambung silaturahmi, berbuat baik kepada mereka, memahami dan mengetahui hak-hak mereka. Orang yang melakukan ini, akan mendapatkan pahala yang besar dari Allâh Azza wa Jalla .

Imam al-BukhĆ¢ri dalam al-Adabul Mufrad, dan Ibnu MĆ¢jah dari al-Mikdam bin Ma’di Karib Radhiyallahu anhu, beliau Radhiyallahu anhu pernah mendengar RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda :


Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŁŠŁŁˆŲµŁŁŠŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ£ŁŁ…Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ŲŖŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŁŠŁŁˆŲµŁŁŠŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ£ŁŁ…Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ŲŖŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŁŠŁŁˆŲµŁŁŠŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ¢ŲØŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŁŠŁŁˆŲµŁŁŠŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ‚Ł’Ų±ŁŽŲØŁ ŁŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ‚Ł’Ų±ŁŽŲØŁ


Sesungguhnya Allâh mewasiatkan kepada kalian ibu-ibu kalian, kemudian ibu-ibu kalian, kemudian Allâh mewasiatkan kepada kalian bapak-bapak kalian, kemudian keluarga yang paling dekat dengan kalian dan baru keluarga yang dekat.[21]


Diriwayatkan dari imam Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, ā€œTidaklah seseorang memiliki tiga anak wanita atau tiga saudara perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, kecuali dia akan masuk surga.ā€[22]


Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari Anas bin MĆ¢lik Radhiyallahu anhu, RasĆ»lullĆ¢h Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, ā€œBarangsiapa ingin dilapangkan rizkinya, diperbanyak anaknya, maka hendaknya dia menyambung tali silaturahminya.ā€[23]


6. Wanita Asing

Perhatian Islam terhadap wanita, tidak hanya ketika dia memiliki hubungan kekeluargaan, tapi juga terhadap wanita asing yang tidak memiliki kekerabatan dengannya. Islam menganjurkan agar umatnya memperhatikan mereka, berbuat baik dan memberikan pertolongan jika dia butuh bantuan.


Dalam ShahĆ®h al-BukhĆ¢ri dan Muslim dari Nabi Shallallahu ā€˜alaihi wa sallam :


Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŲ§Ų¹ŁŁŠ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ų£ŁŽŲ±Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł…ŁŲ³Ł’ŁƒŁŁŠŁ†Ł ، ŁƒŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¬ŁŽŲ§Ł‡ŁŲÆŁ فِي Ų³ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ł„Ł اللهِ Ų£ŁŽŁˆŁ’ ŁƒŁŽŲ§Ł„Ł’Ł‚ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ Ł„Ų§ŁŽ ŁŠŁŽŁŁ’ŲŖŁŲ±Ł ، ŁˆŁŽŁƒŁŽŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ Ł„Ų§ŁŽ ŁŠŁŁŁ’Ų·ŁŲ±Ł


Orang yang membantu janda dan orang miskin seperti seorang mujahid fisabilillah, atau seperti orang yang selalu shalat malam dan tidak pernah malas, atau seperti orang yang terus berpuasa tanpa henti.[24]


Ini sedikit gambaran dari penghormatan yang diraih kaum wanita dalam syair’at Islam. Penghormatan dan penghargaan seperti ini tidak mungkin diraih oleh seorang wanita pada selain agama Islam, sebuah agama yang diridhai oleh AllĆ¢h buat para hamba-Nya.

(Diangkat dari al-JĆ¢mi’ lil BuhĆ»ts war Rasâ’il, Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin, hlm. 528-534)


[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

_______

Footnote

[1]. HR al-Bukhâri, no. 5975 dan Muslim, no. 593

[2]. Fathul BĆ¢ri ( 10/421)

[3]. Musnad Imam Ahmad ( 1/223)

[4]. Sunan Ibnu MĆ¢jah, no. 3669

[5]. ShahƮh Muslim, no. 2631

[6]. Musnad imam Ahmad (3/148)

[7]. HR al-Bukhâri dalam Adabul Mufrad, no. 178

[8]. Shahîh al-Bukhâri, no. 5998 dan Shahîh Muslim, no. 2317

[9]. Shahîh al-Bukhâri, no 5971 dan Muslim, no. 2548

[10]. Abu Daud, no. 2528 dan Ibnu MĆ¢jah, no. 2782

[11]. Shahîh al-Bukhâri , no. 5970 dan Muslim, no. 85

[12]. Shahîh al-Bukhâri, no. 5976 dan Muslim, no. 87

[13]. HR. Muslim, no. 1978

[14]. Shahîh al-Bukhâri, no. 3331 dan Muslim, no. 1468

[15]. Syarah ShahƮh Muslim (10/57)

[16]. Ahmad ( 2/250,472), Abu Daud, no. 4682 dan at-Tirmizi, no. 1162

[17]. ShahƮh Muslim, no. 1218

[18]. ShahƮh Mulim, no. 1469

[19]. Ahmad (6/277,256), Abu Daud, no. 236), dan Tirmizi, no. 113

[20]. an-Nihâyah, Ibnu Atsîr (2/492)

[21]. al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad, no. 60 dan Ibnu Majah, no. 3661

[22]. Tirmizi, no. 1912 dan Abu Daud, no. 5147

[23]. Shahîh al-Bukhâri, no. 5986 dan Muslim, no. 2557

[24]. Shahîh al-Bukhâri , no. 6007 dan Muslim, no. 2982


Sumber: https://almanhaj.or.id/4130-kemulian-wanita-dalam-syariat-islam.html



Comments


kami akan membantu anda memberikan jawaban dari pertanyaan yang anda butuhkan

Hotline kami Telp: 021-8353811-12

LEGALISASI

Izin Menag        : 280/1991

Izin Umrah        : D / 23 / 2018

Izin  Haji           : D / 178 / 2015

Anggota Asosiasi

045/HIMPUH/2010

KONTAK KAMI

PARTNER

PT. BINAKREASI PESONASELARAS

​

Jl. Palbatu Raya no.6 RT. 01 RW. 04

Kel. Menteng Dalam

Kec. Tebet

Jakarta Selatan - 12870

Indonesia

​

binawisata@yahoo.com

binakreasi.ps@gmail.com


Tel: 021-8353811 - 12

  • Facebook - Black Circle
  • Black Twitter Icon
  • Black Instagram Icon

© SINCE 1990 BINA WISATA TRAVEL UMRAH & HAJI

bottom of page